Sabtu, 10 September 2011

Evaluasi Pemberian Pupuk Kimia Pada Tanah Andisol Tiga Panah Terhadap Pertumbuhan Jagung (Zea mays L.) dengan Metode Substraksi

KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat dan penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari laporan ini adalah “ Evaluasi Pemberian Pupuk Kimia Pada Tanah Andisol Tiga Panah Terhadap Pertumbuhan Jagung (Zea mays L.) dengan Metode Substraksi” yang merupakan salah satu syarat untuk mengikuti praktikal test di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah Kesuburan Tanah dan Pemupukan, yaitu : Dr. Ir. Hamidah Hanum, MS ; Ir. Bachtiar Effendi Hasibuan, MS ; Ir. Fauzi, MS ; Ir. Sarifuddin, MS; Ir. M. Madjid B. Damanik, MSc.,dan Ir. Alida Lubis, MS Serta kepada asisten yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2011

Penulis

DAFTAR ISI



DAFTAR RIWAYAT HIDUP i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Hipotesis 2
Tujuan Percobaan 2
Kegunaan Penulisan 3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman 4
Syarat Tumbuh 5
Iklim 5
Tanah 6
Tanah Andisol 7
Unsur Hara 8
Nitrogen 8
Fosfor 9
Kalium 10
Kalsium 11
Magnesium 12
Defisiensi Unsur Hara 13
Defisiensi Nitrogen 13
Defisiensi Fosfor 14
Defisiensi Kalium 15
Defisiensi Kalsium 15
Defisiensi Magnesium 16
Pupuk 17
Pupuk N, P, K, Ca dan Mg 18
Klasifikasi Pupuk 19
Pencampuran Pupuk 20
Pemupukan 22


BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan 23
Bahan Percobaaan 23
Alat Percobaan 23
Prosedur Percobaan 24
Metode Percobaan 28

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil 32
Perhitungan 34
Pembahasan 36

KESIMPULAN 46

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


































DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal
1. Tabel Perlakuan Percobaan 29
2. Tabel Dosis Pupuk Percobaan 29
3. Tabel Jenis dan Dosis Pupuk untuk Setiap Perlakuan Tanam 30
4. Tabel Bobot Kering Tajuk 32
5. Tabel Bobot Kering Akar 32
6. Tabel Pengamatan Data Lapangan 33
























DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Hal
1. Lampiran Pengamatan Data Lapangan 49
2. Lampiran Perhitungan Persentase Kadar Air dan BTKU 56
3. Lampiran Perhitungan Kebutuhan Pupuk 57
4. Lampiran Tabel Pencampuran Pupuk 58
5. Lampiran Gambar Hasil Pencampuran Pupuk 59
6. Lampiran Foto Praktikum 60
7. Lampiran Sumber Bacaan 61

























PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kulit luar bumi merupakan daerah yang tentunya kaya akan simpanan fosfat apatit (rock fosfat). Penyimpanan ini merupakan dasar dari semua materi pupuk fosfat alam. Tambang fosfat kemungkinan mengeluarkan api atau terjadi karena adanya endapan, dengan besarnya pengangkutan simpanan dunia akhir-akhir ini (SICCFA, 2000).
Kalsium, Magnesium, dan Sulfur adalah unsur tambahan karena tanaman membutuhkan mereka pada keindahan nyata kuantitas untuk pertumbuhan normal, tetapi unsur-unsur ini umumnya tidak dimasukkan dalam pemupukan pada kuantitas besar. Batas tambahan kemungkinan tidak disediakan karena adanya pada Kalsium, Magnesium dan Sulfur bersatu dengan Nitrogen, Fosfor, dan Kalium sebagai makronutrisi. Perpindahan ini dihasilkan pada dua kategori yaitu makronutrisi (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikronutrisi (Cu, Fe, Mn, Zn, Cl, B, dan Mo) (Foliett, et al, 1981).
Kalium merupakan salah satu yang terluas yang didistribusikan diseluruh dunia. Luasnya penyimpanan dari garam kalium yang dapat dilarutkan dilokasi dibawah permukaan bumi dan member warna pada danau dan lautan. Banyaknya penyimpanan dan pemberian alami sudah cukup dijadikan untuk tujuan bagi nutrisi tanaman dan juga bagi industry (SICCFA, 2000).
Dalam industri pupuk dan hortikulltura umumnya, unsur utama yang terpenting adalah Nitrogen, Fosfor dan Kalium adalah tetap. Nutrisi tambahan dan mikronutrisi juga penting untuk pertumbuhan tanaman. Namun batasan dibuat pada nutrisi tambahan dan mikronutrisi, keperluan yang mereka laporkan dibatasi pada konsentrasi unsur. Kalsium, Magnesium, dan Sulfur lebih umum digunakan pada pemupukan (SICCFA, 2000).
Pemerintah mensubsidi pupuk, seraya memberi bantuan bagi perluasan areal pertanian yang dipakai, juga membantu kelalaian berikutnya yang melampaui batas, terutama Triple Super Phosphate (TSP), Kalsium Clorida (KCl), dan Amonium Sulfat (ZA). Sangat tingginya badan-badan resmi yang merekomendasikan pupuk-pupuk ini digunakan, terutama pada pengerjaan tanah sawah, juga berkontribusi pada aplikasi yang berlebihan (Darmawan, dkk, 1996).

Hipotesis Percobaan


- Pemberian pupuk kimia pada tanah Andisol dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman Jagung ( Zea mays L. ) pada tanah Andisol Tigapanah.
- Pertumbuhan jagung pada tanah Andisol Tigapanah cukup baik.
- Pemberian pupuk lengkap menunjukkan pertumbuhan terbaik / tertinggi pada tanaman jagung ( Zea mays L. ).

Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui evaluasi pemberian pupuk kimia pada tanah andisol Tigapanah terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) dengan metode substraksi.


Kegunaan Penulisan
 Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
 Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.



TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Rukmana (1997) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman jagung klasifikasikan menjadi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Sistem perakaran tanaman jagung terdiri dari atas akar-akar seminal, koronal, dan akar udara. Akar-akar deminal merupakan akar-akar radikal atau akar prrimer ditambah dengan sejumlah akar-akar lateral yang muncul sebagai akar adventif pada dasar dari buku pertama diatas pangkal batang. Akar-akar seminal ini tumbuh pada saat biji berkecambah. Pertumbuhan akar seminal pada umumnya menuju arah bawah, berjumlah 3-5 akar atau bervariasi antara 1-13 akar (Rukmana, 1997).
Batang tanaman jagung beruas-ruas yang dibatasi oleh buku-buku. Jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Panjang batang berkisar antara 60-300 cm, tergantung dari tipe atau varietas jagung. Ruas-ruas bagian atas berbentuk agak silindris, sedangkan bagian bawah berbentuk agak bulat sampai pipih. Tunas batang yang telah berkembang (tumbuh) maksimum menghasilkan tajuk bunga betina (Rukmana, 1997).
Daun jagung tumbuh melekat pada buku-buku batang. Struktur daun jagung terdiri atas 3 bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun (ligula), dan helaian daun. Bagian permukaan daun berbulu, dan terdiri atas sel-sel bullifor. Bagian bawah daun pada umumnya tidak berbulu. Jumlah daun tiap tanaman (pohon) bervariasi antara 8-48 helai. Ukuran daun berbeda-beda, yaitu panjang antara 30 cm- 150 cm, dan lebar mencapai 15 cm. Letak daun pada batang termasuk daun duduk bersilangan (Rukmana, 1997).
Tanaman jagung termasuk tumbuhan berunah satu (monoceous), yaitu bunga jantan dan bunga betina terletak ditengah batang pada salah satu ketiak daun. Tanaman jagung bersifat protandry, yaitu bunga jantan matang 1-2 hari lebih dulu daripada bunga betina (Rukmana, 1997).
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji, dan daun pembungkus. Biji jagung mrmpunyai bentuk, warna, dan kandungan endosperrm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada umumnya biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (seed coat), endoperm, dan embrio (Rukmana, 1997).

Syarat Tumbuh


Iklim

Umumnya tanaman jagung memiliki daya adaptasi yang baik didaerah tropis, seperti di Indonesia. Tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baiak didaratan rendah sampai daratan tinggi (pegunungan) yang berketinggian 1.800 m dpl. Daerah pengembangan jagung yang paling baik adalah dataran rendah berketinggian 750 m dpl, tergantung daya adaptasi suatu varietas jagung (Rukmana, 1997).
Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung adalah antara 100 mm-200 mm per bulan. Curah hujan paling optimum adalah sekitar 100 mm-125 mm per bulan dengan distribusi yang merata. Oleh karena itu, tanaman jagung amat cocok ditanam di daerah yang beriklim kering (Rukmana, 1997).
Tanaman jagung membutuhkan suhu hangat antara 21-320C dengan suhu optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 23-270C, dan kelembaban udara (rH) 50-80%. Faktor iklim yang mendukung pertumbuhan dan produksi jagung, antara lain curah hujan dan sinar matahari (Rukmana, 1997).
Unsur iklim penting yang berpangaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jagung adalah faktor penyinaran matahari. Tanaman jagung membutuhan penyinaran matahari penuh, maka tempat penanamannya harus terbuka. Ditempat yang terlindung (ternaungi), pertumbuhan batang tanaman jagung mrnjadi kurus dan tongkolnya ringan sehingga produksinya cenderung menurun (rendah) (Rukmana, 1997).

Tanah


Penanaman jagung di Indonesia umumnya dilakukan dilahan kering (tegalan) dan lahan basah (sawah). Tanaman jagung di lahan kering selalu dikaitkan dengan pola tanam yang sesuai pada daerah setempat. Sementara penanaman jagung dilahan sawah umumnya dilakukan pada musim kemarau setelah panen tanaman padi (Rukmana, 1997).
Tanah berdebu yang kaya hara dan humus amat cocok untuk tanaman jagung. Disamping itu, tanaman jagung toleran terhadap berbagai jenis tanah, misalnya, tanah andosol dan latosol, asalkan memiliki keasaman tanah (pH) yang memadai untuk tanaman tersebut. Tanah-tanah berpasir dapat ditanami jagung dengan pengelolaan air yang baik dan penambahan pupuk organik (pupuk kandang atau pun kompos) (Rukmana, 1997).
Tanaman jagung mempunyai daya adaptasi baik terhadap berbagai jenis tanah. Hampir semua jenis tanah pertanian cocok untuk pengenbangan budidaya jagung. Jenis tanah yang paling ideal untuk mengahsilkan tanaman jagung adalah tanah andosol, latosol, dan Podsolik Merah Kuning (PMK). Hal yang penting untuk diperhatikan adalah tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta memiliki pH antara 5,5-7,5 (Rukmana, 1997).

Tanah Andisol
Andisol merupakan tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam dengan epipedon mollik atau umbrik atau ochrik atau kambik, bulk density (kerapatan lindak) kurang dari 0,85 g/cm3, banyak mengandung amorf atau lebih dari 60% terdiri dari abu vulkanik vitrik, cindes atau bahan pyroklastik lain (Hardjowigeno, 2003).
Data analisis andisols dari berbagai wilayah menunjukkan bahwa andisols memiliki tekstur yang bervariasi dari berliat sampai berlempung kasar. Tetapi sebagian besar tergolong berlempung halus samapi berlempung kasar. Reaksi tanah umumnya agak masam, kandungan bahan organik lapisan atas sedang sampai tinggi dan lapisan bawahnya umumnya rendah dengan rasio C/N tergolong rendah. Kandungan P dan K potensial bervariasi, mulai rendah sampai tinggi. Jumlah basa dapat ditukar, tergolong sedang sampai tinggi dan didominasi ion Ca dan Mg, juga sebagian K. KTK tanah sebagian besar sedang sampai tinggi dengan KB sedang. Dengan demikian potensi andisols dinilai tergolong sedang sampai tinggi (Damanik, dkk, 2011).
Andisol mempunyai beberapa sifat kimia yang penting. Muatan permanen yang rendah dan muatan tergantung pH yang tinggi. Keracunan aluminium jarang terjadi. Andisol mempunyai kemampuan memfiksasi fosfat dan mengikat air yang lebih tinggi. Persentase karbon lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanah-tanah mineral lainnya (Sudihardjo, dkk, 2006).
Tingginya bahan organik di andisol diyakini disebabkan oleh adsorbsi molekul organik oleh alofan dan imogolit. Alofan dan imogolit memiliki komposisi kimia yang beragam, tergantung pada variasi rasio molar SiO2/AlO3 dan kandungan air. Alofan mampu berikatan dengan humus tanah dengan ikatan kompleksasi membentuk khelasi Al dalam alofan dengan membentuk komplek yang cukup resisten (Sudihardjo, dkk, 2006).
Unsur Hara
Nitrogen (N)
Nitrogen (N) merupakan hara makro utama yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion NO3 atau NH4+ dari tanah. Kadar Nitrogen rata-rata dalam jaringan tamnaman adalah 2-4% berat kering. Dalam tanah, kadar Nitrogen sangat bervariasi, tergantung pada pengelolaan dan penggunaan tanah tersebut. Tanah hutan berbeda dengan tanah perkebunan dan tanah peternakan. Tanaman di lahan kering umumnya menyerap ion nitrat NO3 relatif lebih besar jika dibandingkan dengan ion NH4+. Pemupukan Nitrogen akan menaikkan produksi tanaman, kadar protein, dan kadar selulosa, tetapi sering menurunkan kadar sukroda, polifruktosa, dan pati (Rosmarkam dan Yuwono, 1996).
Kebanyakan nitrogen diambil oleh tanaman adalah dalam bentuk nitrat. Ada dua alasan mendasar untuk ini. Pertama, nitrat mobil didalam tanah dan bergerak bersama air tanah ke akar tanaman. Amonium dengan kata lain, adalah ikatan untuk partikel-partikel tanah permukaan dan tidak dapat bergerak ke akar. Kedua, dibawah kondisi dari temperatur, aerasi, kelembaban dan pH tanah, organisme tanah tertukar semua bentuk dari nitrogen tanah ke nitrat (Ludwick, dkk, 1998).
Nitrogen diambi oleh tanaman secara primer sebagai ion nitrat (NO3-) atau amonium (NH4+). Tanaman dapat memanfaatkan keduanya dalam bentuk ini dalam proses pertumbuhannya (Ludwick dkk, 1998).

Posfor (P)


Posfor memiliki peran penting dalam membangun karbohidrat dan memproduksi makanan lainnya pada fotosintesis tanaman. Fotosintesis adalah proses yang memungkinkan tanaman untuk menggunakan energi matahari untuk menghasilkan makanan dan serat dan demikianlah pelengkapan laki-laki dengan makanan, pakaian dan perlindungan. H2PO4- adalah bentuk dari fosfor yang dapat dilarutkan pada sistem kalsium dank arena itu lebih dibutuhkan pada akar tanaman. Sulit dilarutkan dan karena sulit diserap dalam bentuk HPO42- dan PO43- juga hadir dalam pemupukan dan tanah (Jones, 1782).
Unsur hara fosfor adalah unsur hara makro, dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan esensial bagi pertumbuhan tanaman. Permasalahan yang penting yang harus diketahui dari fosfor ini adalah sebagian fosfor di dalam tanah umumnya tidak tersedia untuk tanaman, meskipun jumlah totalnya lebih besar dari pada nitrogen (Damanik, dkk, 2011).
Fosfor diambil oleh tanaman secara primer sebagai H2PO4+ dan HPO4-, mengatasi pH tanah yang terdahulu. Kebanyakan total fosfor tanah adalah secara kimia sangat tersedia karena berupa senyawa yang solubel. Ini bukan secara tkebutuhan sebuah karakteristik negatif dari fosfor, karena keterbatasan solubilitas dapat menunda dari pencucian pada daerah akar. Dalam tanah alkalin, senyawa kalium fosfat dibentuk, dan dalam tanah masam, iron dan aluminium fosfat di produksi (Ludwick, dkk, 1998).

Kalium (K)


Kalium (K) merupakan hara utama ketiga setelah N dan P. Kalium mempunyai valensi 1 dan di serap dalam bentuk K+. Kalium tergolong unsur yang mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman maupun dalam xylem dan floem. Kalium banyak terdapat dalam sitoplasma; garam kalium berperan dalam tekanan osmose sel. Fungsi Kalium yang lain adalah untuk pengembangan sel dan pengaturan tekanan osmosis. Pengembangan sel disebabkan karena vakuola mengembang 80-90% dari volume sel (Rosmarkam dan Yuwono, 1996).
Berdasarkan tingkat ketersediaan, kalium tanah dapat dikelompokkan dalam tiga kategori : 1) susah tersedia, 2) lambat tersedia dan 3) segera tersedia. Porsi tidak/susah tersedia hanya susah terlarut dan sering membuat 90 sampai 98 persen dari total kalium tanah. Kalium ini ditemukan dalam struktur kristalin dari mineral primer. Kalium lambat tersedia sekitar 2 sampai 10% dari total mineral tanah, biotit mika dan ilit adalah contoh dari bentuk ini. Porsi segera tersedia sekitar 1 % dari total keseluruhan. Pertukaran kalium dan kalium dalam penyusunan bentuk ini (Jones, 1982).
Kehilangan kalium akibat tercuci merpakan kehilangan yang terbesar. Dalam keadaan yang ekstrim jumlah kehilangan ini dapat menyamai kehilangan kalium akibat panen. Jumlah kalium yang hilang bersama air atau tercuci adalah sangat besar dan kehilangan dapat mencpai 25 kg per hektar per tahun, tetapi dapat juga lebih besar. Besarnya kalium akibat tercuci ini sangat tergantung pada faktor tanah seperti : tekstur tanah, kapasitas tukar kation, pH tanah dan jenis tanah (tanah gambut) (Damanik, dkk, 2011).

Kalsium (Ca)



Kalsium terjadi sebagai bagian relatif utama tidak larut dan tambahan mineral. Ion kalsium (Ca2+) juga berada pada penyerapan tanah dan yang diserap pada pemupukan mineral dan koloid organik. Tanaman menyerap kalsium dalam bentuk penyerapan, kalsium juga diserap pada permukaan koloid tanah dengan pertimbangan adanya pertukaran dan penyerapan pada tanaman. Kalsium pada tanaman disebabkan oleh fungsi utama pada peran yang berbeda. Pemeliharaan akar dan perkembangan daun dan pengangkutan bagian dari didnding sel dimana terjadi sebagai pemaksaan pelarutan kalsium (Foliett, et al, 1981).
Fungsi kalsium dalam tumbuhan sebagai berikut : 1) memacu pembentukan akar lebih cepat dan pertumbuhan, 2) meningkatkan vigor tanaman dan kekakuan jerami, 3) mempengaruhi pembentukan makanan pada tanaman, 4) menetralisir racun yang diproduksi dalam tanaman, 5) merangsang produksi serat dan benih/biji dan 6) meningkatkan kandungan kalsium pada tanaman pangan (Jones, 1982).
Sumber utama kalsium di dalam tanah adalah kerak bumi yang mengandung 3,6 % kalsium, dari bahan kapur dan pupuk buatan. Mineral-mineral utama yang banyak mengandung kalsium adalah kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg(CO3)2 yang banyak sebagai penyusun batuan sedimen (Damanik, dkk, 2011).

Magnesium (Mg)


Banyaknya Magnesium dijumpai pada variasi tanah tetapi biasanya berlimpah pada tanah yang kaya. Termasuk dengan 1,9% dari kulit bumi dan terjadi pada mineral amphibol, biotit, clorit, dolomit, montmorillonit, olivin, pyrosen, serpentin, dan vermiculit. Tanah berkembang dari rumputan kasar, karang yang rendah pada mineral ini terbentang pada magnesium rendah, dimana tekstur tanah berkembang dari karang tinggi pada mineral magnesium berisi sangat banyak. Telah dikatakan bahwa reaksi kimia yang terpenting pada alam adalah fotosintesis dimana tanaman mengkonversikan karbon dioksida dari udara, air dari tanah, dan energi gula sederhana. Pigmen hijau pada tanaman, dimana klorofil diubah dari energi cahaya ke energi kimia dan diutamakan pada fotosintesis (Foliett, et al, 1981).
Kadar kalsium dan magnesium di dalam tanah sangat bervariasi. Pada tanah-tanah di daerah humid mengandung kalsium sekitar 1-2 % dn magnesium sekitar 1 %. Pada tanah sain di daerah arid dan semi arid mengandung lebih dari 5 % dan beberapa persen magnesium (Damanik, dkk, 1998).
Magnesium berfungsi dalam tanaman : 1) sebuah bagian esensial klorofil, yang memberikan warna hiju pada daun, 2) kebutuhan untuk pembentukan gula dari karbondioksida dan air dalam sinar matahari, 3) meregulasi makanan tumbuhan, 4) bertindak sebagai pembawa fosfor dalam tanaman, 5) memacu pembentukan minyak dan lemak, dan 6) mengambil bagian daalam translokasi pati (Jones, 1982).

Defisiensi Unsur Hara


Defisiensi N


Tanaman mengandung cukup N akan menunjukkan warna daun hijau tua yang artinya kadar klorofil dalam daun tinggi. Sebaliknya apabila tanaman kekurangan atau defisiensi (kahat) N maka daun akan menguning (klorosis), karena kekurangam klorofil. Proses penguningan daun tanaman yang kekurangan N dimulai dari daun-daun yang tua dan akan terus ke daun-daun muda jika kekurangan N terus berlanjut. Kejadian ini menunjukkan bahwa N jumlah besar dekat dengan perkecambahan (Winarso, 2005).
Bila tanaman kahat nitrogen, pertumbuhan tanaman akan terlambat, tanaman tampak kurus, kerdil dan daun berwarna kuning pucat. Kahat nitrogen menghambat produksi protein dan bahan-bahan penting lainnya dalam pembentukan sel-sel baru. Kecepatan pertumbuhan tanaman berjalan proporsional dengan pasokan nitrogen (Damanik, dkk, 2011).
Gejala defisiensi nitrogen pada tanaman termasuk : pertumbuhan terhambat, tanaman berair, warna kuning-hijau (klorosis), mati (nekrosis) pada ujung dan tepi daun, dimulai dengan daun yang lebih tua (Ludwick, dkk, 1998).

Defisiensi P


Defisiensi tanaman pada fosfor adalah tidak selalu ditemukan seperti gejala defisiensi pada beberapa nutrisi utama tanaman. Gejala biasanya ditunjukkan pada pembatasan pertumbuhan yang tiba-tiba. Pada cuaca dingin, pada daun muda jagung, bulir kecil dan rerumputan berubah ungu jika fosfor adalah pembatas pertumbuhan. Karakter genetik juga merespon untuk warna ungu pada spesies dan kultivar tertentu (Jones, 1782).
Defisiensi tanaman akibat fosfor tidak seperti gejala defisiensi yang sama dengan unsur hara esensial lainnya. Gejala biasanya ditunjukkan dalam pertumbuhan yang terbatas. Pada cuaca dingin, daun jagung muda, bulir kecil dan keunguan jika fosfor menghambat pertumbuhan. Karakter genetik mungkin juga berwarna pada spesies dan kultivar tertentu (Jones, 1982).
Gejala defisiensi fosfor pada tanaman termasuk : pertumbuhan lambat, tanaman sukulen, warn daun keunguan pada beberapa tanaman (daun tua pertama), warna hijau gelap, pendewasaan terhambat dan buah sedikit atau perkembangan benih terhambat (Ludwick, dkk, 1998).

Defisiensi K


Kebanyakan tanaman yang kekurangan kalium memperlihatkan gejala lemahnya batang tanaman sehingga tanaman mudah roboh. Turgor tanaman berkurang, sel menjadi lemah, daun tanaman menjadi kering, ujung daun menjadi berwarna coklat atau adanya noda-noda berwarna coklat (nekrosis) (Rosmarkam dan Yuwono, 1996).
Konsentrasi kalium yang tinggi diasosiasikan dengan pertumbuhan jaringan tanaman yang aktif. Ketika kalium tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan optimum, kalium biasanya ditransport dari jaringan yang lebih dewasa ke jaringan mersitematik, secara konsekuen, daun yang lebih tua menunjukkan gejala defisiensi lebih awal. Klorosis diikuti oleh nekrosis yang muncul pertama kali disekitar tepi dan ujung daun dan akhirnya berongga (Jones, 1982).
Gejala defisiensi kalium dalam tanaman meliputi : pertumbuhan terlambat, ujung dan tepi klorosis/nekrosis dimulai pada daun yang dewasa, batang dan ranting lemah dan buah kecil atau benih keriput (Ludwick, dkk, 1998).


Defisiensi Ca


Kekurangan Ca menyebabkan kuncup tidak dapat membuka, sehingga tetap menggulung, terutama untuk tanaman kacang-kacangan, ketela, bawang, kentang, dan lain-lain. Kekurangan Ca pada tanaman menyebabkan gejala pada ujung akar pada akar atau ujung tanaman (karena Ca bersifat immobil). Diagnosis defisiensi Ca dapat ditentukan dengan analisis daun indikator (Rosmarkam dan Yuwono, 1996).
Gejala defisiensi kalsium pada tumbuhan termasuk : ujung daun terbakar pada daun muda seperti tanaman selada, teratai dan kol, mati pada titik tumbuh (tunas terminal). Ujung akar juga terpengaruh. Munculnya warna hijau daun gelap yng abnormal, bangsal yang prematur pada tunas dan bunga, batang yang lemah (Ludwick, dkk, 1988).
Kahat kalsium pada tanaman menghambat pertumbuhan akar, batang, sehingga tidak mampu tumbuh memanjang dengan cepat, akibatnya tidak dapat memperoleh air dan unsur hara yang cukup dari dalam tanah. Secara visual gejala yang tampak pada tanaman yang kahat kalsium, dapat dilihat pada pertumbuhannya yang kerdil, karena sel-sel yang baru jumlahnya sedikit. Pertumbuhan serta mekarnya daun-daun muda dan pucuk-pucuk terhambat, juga mengalami pertumbuhan tepi-tepi daun, sehingga daun-daun menjadi kering (Damanik, dkk, 2011).

Defisiensi Mg


Karena magnesium memiliki peran yang penting pada klorofil tanaman, defisiensi dari unsur ini mengakibatkan klorosis (penguningan) pada daun tanaman. Gejala awal adalah kehilangan kesehatan, warna hijau pada antar tulang daun. Akibatnya defisiensi menjadi beberapa bagian, daun menjadi kemerahan dan ungu. Karena magnesium segera berpindah dari tempat rendah ke bagian atas tanaman, defisiensi awal tampak pada daun yang dibawah. Pada tanaman jagung, daun tua berwarna kekuningan antar tulang daun (Foliett, et al, 1981).
Gejala defisiensi magnesium pada tumbuhan seperti : klorosis pada tulang daun tua, keriting pada bagian atas daun termasuk tepi daun, tepi menguning, dengan hijau pada daerah pertengahan daun (Ludwick, dkk, 1998).
Karena magnesium merupakan hara yang bersifat mobil di tubuh tanaman, maka magnesium dengan cepat dipindahkan dari bagian tanaman yang lebih tua ke bagian tanaman yang lebih muda. Itulah sebabnya bila terjadi kekahatan magnesium, akan terlihat pertama kali pada daun tua atau daun-daun pada sisi bawah tanaman (Damanik, dkk, 2011).

Pupuk

Hampir seluruh tanaman dapat menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat atau amonium yang disediakan oleh pupuk. Nitrogen dalam bentuk nitrat lebih cepat tersedia bagi tanaman. Amonium juga akan diubah menjadi nitrat oleh organisme tanah, kecuali pada tembakau dan padi. Umumnya pupuk dengan kadar N yang tinggi dapat membakar daun tanaman sehingga pemakaiannya perlu lebih hati-hati (Novizan, 1996).
Tanaman menyerap sebagian besar unsur hara P dalan bentuk ion ortofosfat primer (H2PO4-). Sejumlah kecil diserap dalam bentuk ion ortofosfat sekunder (HPO42-). Keasaman (pH) tanah sangat besar pengaruhnya terhadap perbandingan serapan ion-ion tersebut, yaitu makin masam kadar H2PO4 makin besar sehingga makin banyak yang diserap tanaman dibandingkan dengan HPO42-. Pada pH tanah sekitar 7,22 konsentrasi H2PO4 dan HPO42- setimbang (Winarso, 2005).
Kekurangan unsur P umumnya menyebabkan volume jaringan tanaman menjadi lebih kecil dan warna daun menjadi lebih gelap. Kadang-kadang, kadar nitrat dalam tanaman menjadi lebih tinggi karena proses perubahan nitrat selanjutnya terhambat. Pada tanaman jagung, disamping menjadi kurang baik pertumbuhannya, warna daun juga menjadi purple (keunguan) dan kecoklatan serta pembentukan antodianin terhambat (Rosmarkam dan Yuwono, 1996).

Pupuk N, P, K, Ca, Mg


Urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH2)2, pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil (diameter lebih kurang 1 mm). pupuk ini mempunyai kadar N 45%-46%. Urea larut sempurna didalam air, dan tidak mengasamkan tanah (EA:71) (Damanik, dkk, 2011).
Sekarang pupuk Superfosfat triple (TSP) tidak lagi diproduksi di Indonesia, dan sebagai gantinya diproduksi pupuk superfosfat lain yang kadar P2O5 nya lebih rendah yakni 36%, dan dikenal dengan nama SP 36 atau pupuk superfosfat 36. Sifat fisik dan kimiawi dari SP 36 tidak jauh berbeda dengan pupuk TSP (Damanik, dkk, 2011).
Kalium khlorida (MOP), pupuk ini dikenal juga dengan nama Muriate of Potash (MOP) dengan rumus kimia KCl. Bentuk Kristal yang berwarna merah dan adapula yang berwarna putih kotor. Terdapat dua macam pupuk KCl yakni: KCl 80 yang mengandung 52% - 53% K2O dan KCl 90 dengan kandungan 55%-58% K2O (Damanik, dkk, 2011).
Dolomit merupakan mineral dalam bentuk kapur yang unsur hara Ca dan Mg dalam bentuk CaCO3 dan MgCO3. Sama halnya seperti kalsium karbonat, untuk dapat dipergunakan sebagai pupuk Ca atau Mg harus digiling terlebih dahulu pada kehalusan 80 mesh sampai 100 mesh (Damanik, dkk, 2011).
Komponen utama dari pupuk kieserite adalah MgSO4.H2O, agak mudah larut dalam air. Mengandung Mg sekitar 27 % MgO. Berbentuk tepung halus dengan kehalusa 80-100 mesh (Damanik, dkk, 2011).
Klasifikasi Pupuk

Pupuk berdasarkan berdasarkan senyawanya yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik, yakni pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan pupuk alam tergolong pupuk organik, misalnya pupuk kandang, kompos dan guano. Pupuk alam yang tidak termasuk pupuk organik adalah rock phosphat, yang umumnya berasal dari batuan sejenis apatit [Ca3(PO4)2]. Pupuk anorganik atau mineral, yakni pupuk dari senyawa anorganik. Hampir semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Berdasarkan fasanya:
1. Pupuk padat, yakni pupuk yang umumnya mempunyai kelarutan yang beragam mulai dari yang nudaah larut air dampai yang sukar larut air.
2. Pupuk cair, yakni pupuk berupa cairan yang cara penggunaannya dilarutkan terlebih dahulu dengan air. Umumnya, pupuk ini disemprotkan ke daun. Karena mengandung banyak hara, baik makro maupun mikro, harga pupuk ini relatif mahal.
(Rosmarkam dan Yuwono, 1996).
Pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam adalah pupuk yang langsung didapat dari alam, misalnya fosfat alam, pupuk organik (pupuk kandang, kompos, pupuk hijau), sedangkan pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat dipabrik dengan jenis dan kadar unsur haranya sengaja ditambahkan dalam pupuk tersebut dalam jumlah tertentu. Contoh pupuk buatan antara lain, Urea, ZA, SP-36, KCl, dan TSP (Erawani, dkk, 2009).
Berdasarkan jumlah hara yang dikandungnya:
1. Pupuk yang hanya mengandung satu hara tanaman, misalnya pupuk urea yang hanya mengandung hara N dan TSP hanya dipentingkasn P saja (Selebihnya juga mengandung Ca).
2. Pupuk majemuk, yakni pupuk yang mengandung dua atau lebih dua hara tanaman. Misalnya, NPK, Amophoska, Nitrophoska dan Rustika.
(Rosmarkam dan Yuwono, 1996).
Berdasarkan macam hara tanaman:
1. Pupuk makro, yakni pupuk yang mengandung hara makro saja, misalnya NPK, Nitrophoska, dan Gandasil.
2. Pupuk mikro, yakni yang mrngandung hara mikro saja, misalnya mikrovet, mikroplek, dan metalik.
3. Campuran makro dan mikro, misalnya pupuk gandasil, bayfolan, dan Rustika. Dalam penggunaannya, kedua jenis pupuk ini sering dicampur dan ditambahkan zat pengatur tumbuh (hormon tumbuh).
(Rosmarkam dan Yuwono, 1996).
Pencampuran Pupuk
Tidak semua pupuk serta merta dapat dicampur tanpa menimbulkan kerugian. Ada beberapa pupuk yang jika dicampur akan terjadi satu atau lebih proses berikut:
1. Campuran mempunyai higrokopisitas tinggi yang menyebabkan terjadinya penggumpalan sehimgga sukar digunakan atau ditabur.
2. Campuran kehilangan kandungan haranya (N menguap sebagai NH3).
3. Terbentuk senyawa baru, sehingga hara tidak tersedia bagi tanaman (P membantu).
(Rosmarkam dan Yuwono, 1996).
Sifat pupuk yang akan dicampur harus benar-benar diperhatikan, karena berkaitan dengan daya simpan pupuk campuran tersebut. Dosis unsur hara yang terkandung dalam pupuk sangat menentukan besarnya pembawa yang diperlukan dalam pencampuran. Prinsip dasar untuk membuat pupuk campuran yang baik adalah tepat bahan, tepat dosis, dan tepat cara pencampurannya. Tujuan pembuatan pupuk campur adalah untuk mendapatkan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Hal ini merupakan penghematan waktu, tenaga, dan biaya. Dengan sekali pemberian pupuk, kita suah memasok dua atau lebih hara yang dibutuhkan oleh tanaman (Erawani, dkk, 2009).
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka pencampuran dua macam pupuk dapat dimasukkan kedalam kriteria berikut :
a. Selalu dapat dicampur,
b. Dapat dicampur menjelang pemakaian,
c. Campuran menjadi keras tapi dapat dihaluskan dengan mudah dan dapat disimpan
d. Campuran menjadi keras
e. Sama sekali tidak dapat dicampur
(Rosmarkam dan Yuwono, 1996).



Pemupukan

Ada beberapa alasan atau pertimbangan mengapa kita harus melakukan pemupukan yaitu: (1) ketersediaan unsur hara yang rendah di dalam tanah, (2) mengganti unsure-unsur hara yang hilang dari tanah oleh karena panenan, pencucian hara dan tererosi, (3) penggunaan tanaman-tanaman varietas unggul (hibrida) dan (4) peningkatan produksi tanaman (Damanik, dkk, 2011).
Untuk memperoleh efisiensi yang tinggi dari suatu pemupukan perlu diperhatikan beberapa factor yang ikut menentukan efisiensi penggunaan pupuk yaitu: (1) sifat dan cirri tanah, (2) sifat tanaman dan kebutuhan tanaman, (3) pola pertanian, (4) jenis atau macam pupuk dan sifat-sifatnya, (5) dosis pupuk, (6) waktu pemupukan dan (7) metode atau cara pemupukan (Damanik, dkk, 2011).
Sekarang dikenal beberapa cara pemupukan, yaitu:
1. Sebar merata dipermukaan tanah (Broadcasting)
2. Ditempatkan di dalam larikan (Band placement)
3. Ditempatkan secara setempat (Localized placement)
4. Pemupukan melalui daun (Foliar application)
5. Pemupukan lewat air irigasi (Fertigation)
(Damanik, dkk, 2011).




BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan, Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada tanggal ketinggian tempat 25 m dpl. Dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2011 sampai dengan selesai.
Bahan Percobaan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
a) Tanah Andisol Tiga Panah yang diambil secara komposit dari kedalaman 0-20 cm.
b) Tanaman indikator, digunakan tanaman jagung (Zea mays L.)
c) Pupuk antara lain pupuk Urea, SP-36, KCl, CaCO3 dan Kieserit.
d) Etiket atau label sebagai tanda dari setiap perlakuan.
e) Pot, dari polybag dengan kapasitas > 5 kg tanah kering udara.
f) Air digunakan untuk melembabkan atau membasahi tanah agar tanaman tidak layu dan mati.
Alat Percobaan
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
a) Cangkul untuk mengambil tanah pada daerah yang yang ditentukan dan memasukkan tanah ke dalam polybag serta untuk membersihkan lahan dari gulma.
b) Timbangan mikro, alat untuk menimbang berat pupuk.
c) Meteran, alat untuk mengukur tinggi tanaman.
d) Jangka sorong, alat untuk mengukur diameter batang tanaman.
e) Gembor untuk menyiram tanaman.
f) Oven, alat untuk mengeringkan hasil panen berupa akar dan tajuk tanaman.
g) Desikator, alat untuk mengeringkan hasil panen setelah dikeluarkan dari oven.
h) Alat tulis, digunakan untuk mencatat data pengamatan.

Prosedur Percobaan


1. Pengambilan Contoh Tanah Composit
Tanah diambil secara komposit dari lahan yang cukup luas. Umumnya 1 contoh tanah komposit yang terdiri dari 20-30 contoh tanah individual dianggap dapat mewakili tanah seluas 10-15 ha. Hal tersebut tergantung pada keadaan tempat. Makin homogen keadaan daerahnya makin sedikit jumlah contoh tanah individual yang diperlukan sebaliknya makin heterogen akan semakin banyak. Agar diperoleh contoh tanah yang mewakili maka pengambilan tanah komposit dilakukan secara zig-zag. Pada setiap titik, tanah diambil pada kedalaman 0-20 cm setelah terlebih dahulu tumbuhan di atasnya dibersihkan. Lokasi pengambilan contoh tanah tidak boleh di tepi jalan, dekat rumah, bekas timbunan dan bekas tumpukan sampah. Bahan tanha yang diambil dari setiap titik dicampurkan secara merata dan ditempatkn pada wadah/karung yang bersih (bukan karung bekas pupuk atau pestisida).


2. Penanganan Contoh Tanah
Contoh tanah yang telah diambil harus segera dikeringudarakan dengan cara menganginkannya (jangan dijemur di bawah cahaya matahari). Bila telah kering maka dilakukan pengayakan dengan ayakan 8 mesh (ayakan pasir). Karena perhitungan kebutuhan pupuk didasarkan atas satuan ppm dan berat tanah dalam satuan berat kering mutlak, maka perlu dihitung kadar airnya. Untuk itu diambil sedikit contoh tanah dan dihitung kadar airnya di laboratorium. Bila penelitian dilakukan di rumah kaca, maka selain kadar air kering udara perlu juga dihitung kadar air tanahnya dalam kapasitas lapang, agar dapat ditentukan volume air penyiraman. Tanah yang telah kering udara (KA < 10 %) dimasukkan ke pot (poybag) setara dengan 5 kg berat kering mutlak/pot, yaitu dengan menggunakan rumus : BTKU = BTKO + (% KA x BTKO) BTKU : Berat Tanah Kering Udara BTKO : Berat Tanah Kering Oven % KA : Persen Kadar Air Tanah Vair : (% KL - % KA) x BTKO Vair : Volume Air Penyiraman 3. Pemberian Label dan Pupuk Apabila seluruh polybag telah terisi tanah maka dilakukan pemasangan label pada setia polybag sesuai dengan perlakuannya. Label dibuat besar dengan huruf yang jelas, jika terbuat dari kertas perlu diberi plastik agar tidak basah dan rusak kena air. Pemberian pupuk dilakukan sesuai dengan perlakuan dan dosis dari masing-masing pupuk. Pada saat tanam, seluruh dosis pupuk ditaburkan secara merata di permukaan tanah dan kemudian diaduk sedikit agar tertimbun tanah. Untuk pot yang akan ditanami padi, sebelum diberi pupuk tanahnya terlebih dahulu dilumpurkan dan selanjutnya digenangi dengan air setinggi 4 cm. 4. Penanaman Indikator Benih tanaman indikator ditanam tepat ditengah polybag sebanyak 3-4 biji pada kedalaman 2-3 cm. Bila tanaman indiktornya padi sawah maka benih padi lebih dahulu disemaikan hingga berumur 10 hari dan kemudian ditransplanting ke dalam polybag percobaan. 5. Penyiraman dan Pemeliharaan Penyiraman dilakukan setiap hari kerja kecuali hari hujan bagi penelitian di lapang. Air penyiram yang dipakai haruslah air bebas ion (aquadest) atau dalam hal ini biasanya dipakai air hujan yang ditampung pada wadah plastik. Penyiraman ke polybag tidak dilakukan secara langsung tetapi melalui selang yang telah dilobangi isinya, yang telah ditanamkan ke tanah. Seminggu setelah tanam perlu dilakukan seleksi tanaman dalam polybag dengan meninggalkan 2 tanaman yang kuat dan lainnya dibenamkan dalam tanah. Penyiangan gulma dilakukan terus-menerus dan pemberantasan hama/penyakit dilakukan secara preventif dengan menyemprotkan insektisida. 6. Pengamatan Pengamatan dimulai seminggu setelah tanam, parameter yang diamati : a. Tinggi tanaman. Diamati setiap minggu. Diukur mulai dasar batang hingga titik tumbuh (tanaman dikotil) atau sampai daun terpanjang (tanaman monokotil). Agar tidak terjadi perubahan dasar pengukuran akibat pembumbunan, maka perlu dibuat patok dasar pengukuran berpa kayu kecil yang ditanamkan dekat batang dan diberi tanda tempat awal pengukuran. b. Jumlah cabang dan diameter batang, diamati setiap minggu (tanaman indikator : dikotil). Bila ditanam indikatornya padi maka yang dihitung jumlah anakan. c. Berat kring tajuk (batang dan daun). Setelah 8 minggu setelah tanam dilakukan pemotongan bagian atas tanaman pada pangkal batang. Batang dan daun dicuci dengan air, dibiarkan kering, baru kemudian dimasukkan ke dalam amplop yang telah diberi lobang dan label sesuai dengan perlakuan. Selanjutnya dikeringkan di oven pada temperatur 70o C selama lebih kurang 2 malam lalu ditimbang. d. Berat kering akar. Setelah batang dipotong, maka akar yang tinggal di dalam tanah dikeluarkan dengan cara mencuci tanah dengan air hingga akar terlepas, kemudian dicuci bersih. Selanjutnya diperlakukan sama seperti parameter c. 7. Penilaian Hasil Percobaan Hasil percobaan dinilai dengan tiga cara : a) Berdasarkan analisis ragam yang diikuti oleh uji beda rataan (dilakukan secara statistik) dan dilanjutkan dengan pembahasan. b) Berdasarkan persentase hasil dari suatu perlakuan terhadap hasil perlakuan lengkap. Atas dasar persentase terhadap perlakuan lengkap ini, maka kekahatan dapat dikriteriakan menurut LPT Bogor, yaitu : Persentase terhadap Lengkap Kriteria 0-20 % Gawat 21-50 % Berat 51-89 % Sedang > 89 % Cukup

c) Penilaian lainnya dapat dilakukan juga dengan cara membuat histogram dari semua perlakuan.

Metode Percobaan


Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah secara sederhana yaitu Metode Substraksi (Missing Element Technic). Dalam metode ini menggunakan ini tanaman indikator dimana satu pot diberikan pupuk dengan unsur hara yang lengkap. Selanjutnya pada polybag yang lain diberi pupuk dengan mengurangi satu atau dua unsur hara. Tanaman dipanen pada akhir masa vegetatif dengan cara memotong bagian tanaman mulai dari batas permukaan tanah. Penetapan berat kering tanaman dilakukan setelah tanaman diovenkan selama 2 hari hingga akhirnya diperoleh gambaran status unsur hara.
Percobaan ini dilaksanakan di lapangan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 12 perlakuan. Perlakuan yang diberikan disajikan dalam tabel 1, sedangkan dosis dan jenis pupuk yang digunakan disajikan dalam tabel 2 dan tabel 3.


Tabel 1. Perlakuan Percobaan
No. Perlakuan Unsur Hara
1 Kontrol -
2 Lengkap N P K Ca Mg
3 -N P K Ca Mg
4 -P N K Ca Mg
5 -K N P Ca Mg
6 -Ca N P K Mg
7 -Mg N P K Ca
8 -NP K Ca Mg
9 -NK P Ca Mg
10 -PK N Ca Mg
11 -Kca N P Mg
12 -Ca Mg Ca Mg

Tabel 2. Dosis Pupuk Percobaan
Hara Dosis Sumber Pupuk Jumlah Pupuk (g/pot)
N 250 ppm N Urea (45 % N) 2.8
P 100 ppm P SP-36 (36 % P2O5) 3.18
K 150 ppm K KCl (60 % K2O) 1.5
Ca 100 ppm Ca CaCO3 (56 % CaO) 1.25
Mg 50 ppm Mg Kieserit (27 % MgO) 1.54








Tabel 3. Jenis dan Dosis Pupuk yang Diberikan untuk Setiap Perlakuan Pada Saat Tanam.
No. Perlakuan Urea (g/pot) SP-36 (g/pot) KCl (g/pot) CaCO3 (g/pot) Kieserit (g/pot)
1 Kontrol
2 Lengkap 2.8 3.18 1.5 1.25 1.54
3 N 2.8 3.18 1.5 1.25 1.54
4 P 2.8 - 1.5 1.25 1.54
5 K 2.8 3.18 - 1.25 1.54
6 Ca 2.8 3.18 1.5 - 1.54
7 Mg 2.8 3.18 1.5 1.25
8 NP - - 1.5 1.25 1.54
9 NK 3.18 1.25 1.54
10 PK 2.8 1.25 1.54
11 Kca 2.8 3.18 1.54
12 Ca Mg 2.8 3.18 1.5










Bagan Lahan



Ulangan 1 Ulangan 2





HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Bobot Kering Tajuk
No. Perlakuan Ulangan Total Rataan % Kriteria
I II
1 Kontrol 134.3 170.9 305.2 152.6 35.26 berat
2 Kontrol 120.5 120.2 240.7 120.35 27.81 berat
3 Lengkap 390.6 474.8 865.4 432.7 100 cukup
4 -N 174.1 199.1 373.2 186.6 43.12 berat
5 -P 342.3 298.2 640.5 320.25 74.06 sedang
6 -K 310.4 311 621.4 310.7 71.80 sedang
7 -Ca 295.8 327.5 623.3 311.65 72.02 sedang
8 -Mg 327.9 338.2 666.1 333.05 76.97 sedang
9 -NP 162 189.5 351.5 175.5 40.55 berat
10 -NK 197.7 194.8 392.5 196.25 45.35 berat
11 -PK 406.6 434.9 841.5 420.75 97.23 cukup
12 -Kca 291.0 409 700 350 80.88 sedang
13 -CaMg 306.1 323.6 629.7 314.85 72.76 sedang

Tabel 2. Bobot Kering Akar
No. Perlakuan Ulangan Total Rataan % Kriteria
I II
1 Kontrol 77.9 89.4 167.3 83.65 37.12 berat
2 Kontrol 66.8 84.1 150.9 75.45 33.48 berat
3 Lengkap 226.3 224.3 450.6 225.3 100 cukup
4 -N 78 124 202 101 44.82 berat
5 -P 88,1 205,4 293,5 146,75 65,13 Sedang
6 -K 113.1 261.1 374.2 187.1 83.04 sedang
7 -Ca 158.6 147.5 306.1 153.05 67.93 sedang
8 -Mg 177.3 147.2 324.5 162.25 72.01 sedang
9 -NP 76.6 72.4 149 74.5 33.06 berat
10 -NK 396.8 385.9 782.7 391.35 173.70 cukup
11 -PK 161.4 193.6 355 177.5 78.78 Sedang
12 -Kca 176.8 194.1 370.9 185.45 82.31 Sedang
13 -CaMg 229.6 176.6 406.2 203.1 90.14 Cukup
Perhitungan
Bobot Kering Tajuk Tanaman









Bobot Kering Akar Tanaman










Pembahasan
Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada parameter tinggi tanaman, rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan lengkap sebesar 203,1 cm dan yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol sebesar 122,9 cm. Tingginya tanaman jagung pada perlakuan lengkap, karena unsur hara yang dibutuhkan toleh tanaman jagung terpenuhi untuk pertumbuhannya. Sedangkan apabila pada perlakuan kontrol, ketersediaan unsure hara kurang mencukupi untuk pertumbuhan jagung yang optimal. Oleh sebab itu maka pada perlakuan pupuk lengkap lebih signifikan dan perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil. Hal ini sesuai dengan literature dari Damanik dkk (2011) yang menyatakan bahwa ada beberapa alasan atau pertimbangan mengapa kita harus melakukan pemupukan yaitu: (1) ketersediaan unsur hara yang rendah di dalam tanah, (2) mengganti unsure-unsur hara yang hilang dari tanah oleh karena panenan, pencucian hara dan tererosi, (3) penggunaan tanaman-tanaman varietas unggul (hibrida) dan (4) peningkatan produksi tanaman.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada parameter jumlah daun, jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan – K, - PK, - KCa dan – CaMg yaitu dengan rataan sebesar 15,5. Sedangkan jumlah daun terendah terdapat pada perlakuan kontrol yaitu dengan rataan sebesar 11,5. Hal ini disebabkan karena unsur hara N berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun. Hal ini sesuai dengan literatur Ludwick dkk (1998) yang menyatakan bahwa Gejala defisiensi nitrogen pada tanaman termasuk : pertumbuhan terhambat, tanaman berair, warna kuning-hijau (klorosis), mati (nekrosis) pada ujung dan tepi daun, dimulai dengan daun yang lebih tua.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada parameter diameter batang, diameter tertinggi terdapat pada perlakuan – NK yaitu sebesar 2,75 cm dan yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol sebesar 1,85 cm. Pada perlakuan – N sebesar 1,55 dan -P sebesar 2,4 cm dengan sedangkan –K sebesar 1,45. Hal ini terjadi karena kalium berpengaruh nyata terhadap batang dan ranting sehingga secara tidak langsung juga mempengaruhi diameter batang tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur dari Ludwick dkk (1998) yang menyatakan bahwa gejala defisiensi kalium dalam tanaman meliputi : pertumbuhan terlambat, ujung dan tepi klorosis/nekrosis dimulai pada daun yang dewasa, batang dan ranting lemah dan buah kecil atau benih keriput.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada parameter bobot kering atas (tajuk), persentase perlakuan terhadap lengkap tertinggi terdapat pada perlakuan – PK sebesar 97,23 % dengan kriteria cukup, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol sebesar 27,81 % dengan kriteria berat. Hal ini terjadi karena penggunaan tanah andisol pada percobaan dan penambahan unsur hara yang lengkap. Pada tanah andisol memiliki kandungan P dan K potensial yang bervariasi, mulai rendah sampai tinggi. Ini yang menyebabkan ketika di tambah unsur hara lengkap maka tingkat kesuburan tanah juga ikut meningkat dan bobot kering tajuk juga meningkat. Hal ini sesuai dengan literatur dari Damanik dkk (2011) yang menyatakan bahwa data analisis andisols dari berbagai wilayah menunjukkan bahwa andisols memiliki tekstur yang bervariasi dari berliat sampai berlempung kasar. Tetapi sebagian besar tergolong berlempung halus samapi berlempung kasar. Reaksi tanah umumnya agak masam, kandungan bahan organik lapisan atas sedang sampai tinggi dan lapisan bawahnya umumnya rendah dengan rasio C/N tergolong rendah. Kandungan P dan K potensial bervariasi, mulai rendah sampai tinggi. Jumlah basa dapat ditukar, tergolong sedang sampai tinggi dan didominasi ion Ca dan Mg, juga sebagian K. KTK tanah sebagian besar sedang sampai tinggi dengan KB sedang. Dengan demikian potensi andisols dinilai tergolong sedang sampai tinggi.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, terdapat perbedaan pertumbuhan tanaman jagung antara perlakuan kontrol dengan lengkap. Apabila ditinjau dari data yang diperoleh, tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang dari perlakuan kontrol memiliki nilai terendah dari yang lain, selain itu perlakuan kontrol pada data bobot kering tajuk dan akar tergolong kriteria berat. Sedangkan pada perlakuan lengkap, laju pertumbuhan tanaman lebih besar hal ini ditunjukkan dengan parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang yang memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lain, selain itu perlakuan lengkap pada data bobot kering tajuk dan akar tergolong kriteria berat. Hal ini berarti, pemberian pupuk pada perlakuan lengkap berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung karena semua unsur yang diperlukan tersedia untuk pertumbuhannya sedangkan pada perlakuan kontrol tanaman kekurangan unsur hara dalam memenuhi kebutuhan pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhannya terhambat. Hal ini sesuai dengan literatur dari Damanik dkk (2011) yang menyatakan bahwa Kesuburan tanah ialah kemampuan tanah untuk dapat menyediakan unsur hara dalam jumlah berimbang untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanah di dunia ini oleh USDA (1975) dikelompokkan kedalam dua kelompok ordo, yaitu: kelompok ordo tanah pelikan, terdiri dari: Alifisol, Ardisol, Entisol, Inseptisol, Molisol, Oksisol, Spodosol, Ultisol, dan Vertisol, dan kelompok ordo tanah organik, terdiri dari Histosol. Pembagian kelompok ordo tanah ini hanya didasarkan pada perbedaan jenis bahan induk
Dari hasil percobaan diketahui pada parameter bobot kering tajuk, terdapat kriteria berat yaitu pada perlakuan kontrol, -N, -NP dan – NK. Hal ini menunjukkan bahwa kriteria berat adalah bahwa unsur yang diperlukan tanaman dalam tanah tidak tersedia atau salah satu unsur hilang dari dalam tanah. Sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Selain itu, dapat dilihat pada kondisi visual tanaman, terutama pada perlakuan kontrol terdapat 7 daun hijau, 3 daun layu menggulung dan 4 daun kekuningan. Hal ini menunjukkan, bahwa kurangnya salah satu unsur hara saja dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan yang lebih penting lagi kurangnya unsur hara dari dalam tanah seperti pada perlakuan kontrol, Maka dari itu kesuburan tanah, merupakan faktor mutlak yang harus diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman sehingga hasil atau produksi yang didapat lebih maksimal. Hal ini sesuai dengan literature dari Damanik dkk (2011) yang menyatakan bahwa Kesuburan tanah ialah kemampuan tanah untuk dapat menyediakan unsur hara dalam jumlah berimbang untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanah di dunia ini oleh USDA (1975) dikelompokkan kedalam dua kelompok ordo, yaitu: kelompok ordo tanah pelikan, terdiri dari: Alifisol, Ardisol, Entisol, Inseptisol, Molisol, Oksisol, Spodosol, Ultisol, dan Vertisol, dan kelompok ordo tanah organik, terdiri dari Histosol. Pembagian kelompok ordo tanah ini hanya didasarkan pada perbedaan jenis bahan induk
Dari hasil percobaan diketahui pada parameter bobot kering tajuk, terdapat kriteria sedang yaitu pada perlakuan -P, -K, -Ca, –Mg, KCa dan CaMg. Hal ini menunjukkan bahwa kriteria sedang adalah bahwa unsur yang diperlukan tanaman dalam tanah tersedia untuk pertumbuhan tanaman meskipun tidak maksimal. Namun, kekurangan akan unsur-unsur tersebut dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat dilihat pada kondisi visual tanaman, misalnya pada perlakuan –Mg terdapat 7 daun hijau, 2 daun mati dan 6 daun kekuningan. Hal ini menunjukkan kekurangan unsur Mg dapat mempengaruhi pertumbuhan daun. Hal ini sesuai dengan literatur Foliett et al (1981) yang menyatakan bahwa karena magnesium memiliki peran yang penting pada klorofil tanaman, defisiensi dari unsur ini mengakibatkan klorosis (penguningan) pada daun tanaman. Gejala awal adalah kehilangan kesehatan, warna hijau pada antar tulang daun. Akibatnya defisiensi menjadi beberapa bagian, daun menjadi kemerahan dan ungu. Karena magnesium segera berpindah dari tempat rendah ke bagian atas tanaman, defisiensi awal tampak pada daun yang dibawah. Pada tanaman jagung, daun tua berwarna kekuningan antar tulang daun.
Dari hasil percobaan diketahui pada parameter bobot kering tajuk, terdapat kriteria cukup yaitu pada perlakuan lengkap dan -PK. Hal ini menunjukkan bahwa kriteria sedang adalah unsur hara yang tersedia > 89 % bahwa unsur yang diperlukan tanaman dalam tanah tersedia cukup untuk pertumbuhan tanaman secara maksimal. Pada perlakuan lengkap, unsur hara yang dibutuhkan cukup untuk pertumbuhan tanaman, sehingga laju pertumbuhannya lebih besar dibandingkan perlakuan yang lain. Sedangkan pada perlakuan –PK, tanaman dapat tumbuh maksimal meskipun tidak diberi unsur P dan K, hal ini karena tanah Andisol mengandung unsur hara P dan K potensial mulai rendah sampai tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik, dkk (2011) yaitu Kandungan P dan K potensial bervariasi, mulai rendah sampai tinggi. Jumlah basa dapat ditukar, tergolong sedang sampai tinggi dan didominasi ion Ca dan Mg, juga sebagian K. KTK tanah sebagian besar sedang sampai tinggi dengan KB sedang. Dengan demikian potensi andisols dinilai tergolong sedang sampai tinggi.
Dari hasil percobaan diketahui pada parameter bobot kering akar, terdapat kriteria berat yaitu pada perlakuan kontrol, -N, dan -NP. Hal ini menunjukkan bahwa kriteria berat (unsur tersedia 21-50 %) adalah bahwa unsur yang diperlukan tanaman dalam tanah tidak tersedia atau salah satu unsur hilang dari dalam tanah. Sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Selain itu, dapat dilihat pada kondisi visual tanaman, terutama pada perlakuan kontrol terdapat 7 daun hijau, 3 daun layu menggulung dan 4 daun kekuningan. Hal ini menunjukkan, bahwa kurangnya salah satu unsur hara saja dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan yang lebih penting lagi kurangnya unsur hara dari dalam tanah seperti pada perlakuan kontrol, Maka dari itu kesuburan tanah, merupakan faktor mutlak yang harus diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman sehingga hasil atau produksi yang didapat lebih maksimal. Hal ini sesuai dengan literature dari Damanik dkk (2011) yang menyatakan bahwa Kesuburan tanah ialah kemampuan tanah untuk dapat menyediakan unsur hara dalam jumlah berimbang untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanah di dunia ini oleh USDA (1975) dikelompokkan kedalam dua kelompok ordo, yaitu: kelompok ordo tanah pelikan, terdiri dari: Alifisol, Ardisol, Entisol, Inseptisol, Molisol, Oksisol, Spodosol, Ultisol, dan Vertisol, dan kelompok ordo tanah organik, terdiri dari Histosol. Pembagian kelompok ordo tanah ini hanya didasarkan pada perbedaan jenis bahan induk

Dari hasil percobaan diketahui pada parameter bobot kering akar, terdapat kriteria sedang yaitu pada perlakuan -P, -K, -Ca, –Mg, -PK dan KCa. Hal ini menunjukkan bahwa kriteria sedang (unsur tersedia 51-89 %) adalah bahwa unsur yang diperlukan tanaman dalam tanah tersedia untuk pertumbuhan tanaman meskipun tidak maksimal. Namun, kekurangan akan unsur-unsur tersebut dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Misalnya kekurangan unsure P. hal ini sesuai dengan literature dari Ludwick dkk (1998) yang mengatakan bahwa Gejala defisiensi fosfor pada tanaman termasuk : pertumbuhan lambat, tanaman sukulen, warn daun keunguan pada beberapa tanaman (daun tua pertama), warna hijau gelap, pendewasaan terhambat dan buah sedikit atau perkembangan benih terhambat.
Dari hasil percobaan diketahui pada parameter bobot kering tajuk, terdapat kriteria cukup yaitu pada perlakuan lengkap, -NK dan -CaMg. Hal ini menunjukkan bahwa kriteria sedang adalah unsur hara yang tersedia > 89 % bahwa unsur yang diperlukan tanaman dalam tanah tersedia cukup untuk pertumbuhan tanaman secara maksimal. Pada perlakuan lengkap, unsur hara yang dibutuhkan cukup untuk pertumbuhan tanaman, sehingga laju pertumbuhannya lebih besar dibandingkan perlakuan yang lain. Sedangkan pada perlakuan –NK dan -CaMg tanaman dapat tumbuh maksimal meskipun tidak diberi unsur N, K, Ca dan Mg. hal ini karena tanah Andisol mengandung unsur hara P dan K potensial mulai rendah sampai tinggi dan didominasi ion Ca dan Mg. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik, dkk (2011) yaitu Kandungan P dan K potensial bervariasi, mulai rendah sampai tinggi. Jumlah basa dapat ditukar, tergolong sedang sampai tinggi dan didominasi ion Ca dan Mg, juga sebagian K. KTK tanah sebagian besar sedang sampai tinggi dengan KB sedang. Dengan demikian potensi andisols dinilai tergolong sedang sampai tinggi.
Dari hasil percobaan diketahui pada parameter keterangan visual, pada perlakuan – N keadaan daun adalah 7 daun hijau muda, 2 daun mati dan 6 daun berwarna kekuningan. Hal ini berarti kekurangan unsur N berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman terutama penampilan daun tanaman, yang berubah menjadi hijau muda kemudian berwarna kuning pucat meskipun jaringan-jaringan di daun masih hidup. Hal ini sesuai dengan literatur Winarso (2005) yang menyatakan tanaman mengandung cukup N akan menunjukkan warna daun hijau tua yang artinya kadar klorofil dalam daun tinggi. Sebaliknya apabila tanaman kekurangan atau defisiensi (kahat) N maka daun akan menguning (klorosis), karena kekurangam klorofil. Proses penguningan daun tanaman yang kekurangan N dimulai dari daun-daun yang tua dan akan terus ke daun-daun muda jika kekurangan N terus berlanjut. Kejadian ini menunjukkan bahwa N jumlah besar dekat dengan perkecambahan.
Dari hasil percobaan diketahui pada parameter keterangan visual, pada perlakuan – P keadaan daun adalah 7 daun hijau muda, 3 daun mati dan 5 daun berwarna hijau keunguan. Hal ini berarti kekurangan unsur P berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman, salah satunya dapat dilihat dari penampilan daun tanaman, yang berubah menjadi hijau keunguan. Hal ini sesuai dengan literatur Ludwick dkk (1998) yang menyatakan bahwa Gejala defisiensi fosfor pada tanaman termasuk : pertumbuhan lambat, tanaman sukulen, warn daun keunguan pada beberapa tanaman (daun tua pertama), warna hijau gelap, pendewasaan terhambat dan buah sedikit atau perkembangan benih terhambat.
Dari hasil percobaan diketahui pada parameter keterangan visual, pada perlakuan – K keadaan daun adalah 7 daun hijau, 3 daun layu menggulung dan 5 daun berwarna kekuningan dengan bagian pinggir seperti terbakar. Hal ini berarti kekurangan unsur K berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman, salah satunya dapat dilihat dari penampilan daun tanaman, yang layu dan menggulung serta warna daun yang menguning seperti terbakar. Hal ini sesuai dengan literatur Jones (1982) yang menyatakan bahwa konsentrasi kalium yang tinggi diasosiasikan dengan pertumbuhan jaringan tanaman yang aktif. Ketika kalium tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan optimum, kalium biasanya ditransport dari jaringan yang lebih dewasa ke jaringan mersitematik, secara konsekuen, daun yang lebih tua menunjukkan gejala defisiensi lebih awal. Klorosis diikuti oleh nekrosis yang muncul pertama kali disekitar tepi dan ujung daun dan akhirnya berongga.
Berdasarkan hasil percobaan pencampuran pupuk, didapat hasil bahwa ada beberapa pupuk yang bisa dicampur dengan pupuk lain dan ada pupuk yang tidak bisa dicampur dengan pupuk lainnya sama sekali. Pupuk urea CO (NH2)2 merupakan pupuk yang tidak bisa dicampur dengan pupuk lainnya, karena pupuk urea mudah bereaksi dan menguap. Hal ini dapat dilihat ketika urea dicampur SP-36 berubah menjadi cair, urea dicampur ZA wujudnya mencair, dan urea dicampur KCl wujudnya mencair. Hal ini dikarenakan urea merupakan pupuk yang memiliki sifat higroskopis (mudah menyerap air). Hal ini sesuai dengan literatur Rosmarkam dan Yuwono (1996) yang menyatakan bahwa Tidak semua pupuk serta merta dapat dicampur tanpa menimbulkan kerugian. Ada beberapa pupuk yang jika dicampur akan terjadi satu atau lebih proses berikut: (1) Campuran mempunyai higrokopisitas tinggi yang menyebabkan terjadinya penggumpalan sehimgga sukar digunakan atau ditabur, (2) Campuran kehilangan kandungan haranya (N menguap sebagai NH3), dan (3) Terbentuk senyawa baru, sehingga hara tidak tersedia bagi tanaman (P membantu).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, bahwa aplikasi pupuk yang dilakukan adalah dengan cara mencampurkan pupuk ke dalam tanah secara merata kemudian didiamkan selama satu malam. Sebelum memberikan pupuk, maka perlu diketahui takaran pupuk maupun waktu dari pemupukan, agar penggunaan pupuk dapat berjalan secara efisien. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik dkk (2011) yang menyatakan bahwa Untuk memperoleh efisiensi yang tinggi dari suatu pemupukan perlu diperhatikan beberapa factor yang ikut menentukan efisiensi penggunaan pupuk yaitu: (1) sifat dan cirri tanah, (2) sifat tanaman dan kebutuhan tanaman, (3) pola pertanian, (4) jenis atau macam pupuk dan sifat-sifatnya, (5) dosis pupuk, (6) waktu pemupukan dan (7) metode atau cara pemupukan.




KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Pada parameter tinggi tanaman, tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan Lengkap sebesar 203,1% dan yang terendah pada perlakuan Kontrol sebesar 122,9 % dengan kriteria berat.
2. Pada parameter jumlah daun, rataan jumlah daun terhadap tertinggi terdapat pada perlakuan –K, - PK, - KCa dan CaMg sebesar 15,5 dan yang terendah terdapat pada perlakuan Kontrol sebesar 11,5.
3. Pada parameter diameter batang, diameter batang tertinggi terdapat pada perlakuan – NK sebesar 2,75 cm dan yang terendah terdapat pada perlakuan – Kontrol sebesar 1,85.
4. Pada parameter bobot kering atas (tajuk), persentase perlakuan terhadap lengkap tertinggi terdapat pada perlakuan –PK sebesar 97,23 % dengan kriteria cukup, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan Kontrol sebesar 27,81 % dengan kriteria berat.
5. Pada parameter bobot kering bawah (akar), persentase perlakuan terhadap lengkap tertinggi terdapat pada perlakuan –NK sebesar 173,70 % dengan kriteria cukup, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan – NP sebesar 33,06 % dengan kriteria berat.

DAFTAR PUSTAKA




Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin dan H. Hanum. 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan.

Darmawan, A. Delima, Hasan F. M., Rahma H., Ali R. M., Toyamah N., Suyanto, Juanita I., Hastuti. 1996. Fertilizer Policy in Indonesiam Gramedia Utama. Jakarta.

Erawani, E., Triani D., E. Gilang, Gunawan, C. Revino. 2009. Laporan Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Diakses dari http://C: dokumens and setting/Account/My Document/Laporan_Kestan.html. Pada tanggal 14 April 2011.

Foliett, H. Roy, M. S. Larry, D. L. Roy. 1981. Fertilizer and Soil Amendments. Prentice. Hall. Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.

Hardjowigeno. 2003. Kajian Beberapa Sifat Fisika Andisol Pada Beberapa Penggunaan Lahan dan Kelerengan di Gunung Kerinci. Jurusan Budidaya Pertanian Program Studi Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Jambi.

Jones, S. Ulysses. 1782. Fertilizer and Soil Fertility. Reston Publishing. Company, Reston, Virginia.

Ludwick, A. E., J. R. Fox, R. M. Millaway, S. E. Petrie, I. L. Philips, J. J. Smith and G. E. Wahl. 1998. Western Fertilizer Handbook Second Horticulture Edition. Soil Improvement Commitee California Fertilizer Association. Interstate Publishers, Inc. Danville, Illinois.

Novizan. 1996. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta
Rosmarkam, A. dan Yuwono W. Nasih. 1996. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

. 2002. Pembuatan Pupuk Cair dari Daun dan Buah Kersen dengan Proses Ekstraksi dan Permentasi. Fakultas Teknologi Industri-UPN, Jawa Timur

Rukmana, R. H. 1997. Usaha Tani Jagung. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
. 1997. Budidaya Baby Corn. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
SICCFA (Soil Improvement Committee and Clifornia Fertilizer Association). 2000. Interstate Publishers, INC. Danville. Illinois.

Sudiharjo, A. M., N. Tejoyuwono dan D. Mulyadi. 2006. Andisolisasi Tanah-tanah di Wilayah Karst Gunung Kidul. Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada, 2006.

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah : Dasar Kesehatan Dan Kualitas Tanah. Penerbit Gava Media. Jakarta.
LAMPIRAN 1
Pengamatan Data Lapangan
Tanggal Pengamatan : 07 Maret 2011
Parameter Tinggi Tanaman
No. Perlakuan Ulangan TOTAL RATAAN
I II
1 Kontrol 30,6 25,6 56,2 28,1
2 Lengkap 27,5 30 57,5 28,79
3 -N 27,8 31,1 58,9 29,45
4 -P 23,8 33,3 57,1 28,55
5 -K 29,5 28,2 57,7 28,85
6 -Ca 27,2 31 58,4 29,2
7 -Mg 27,8 33,8 58,4 29,2
8 -NP 27,9 30 57,9 28,95
9 -NK 35,2 32,3 67,5 33,75
10 -PK 31,3 26,5 57,8 28,9
11 -KCa 25,4 30,5 55,9 27,95
12 -CaMg 30,8 28,8 59,6 29,8

Parameter Jumlah Daun
No. Perlakuan Ulangan TOTAL RATAAN
I II
1 Kontrol 3 2 5 2,5
2 Lengkap 4 4 8 4
3 -N 4 3 7 3,5
4 -P 3 4 7 3,5
5 -K 4 4 8 4
6 -Ca 4 3 7 3,5
7 -Mg 3 3 6 3
8 -NP 3 4 7 3,5
9 -NK 3 4 7 3,5
10 -PK 4 3 7 3,5
11 -Kca 4 4 8 4
12 -CaMg 4 4 8 4

Pengamatan 2
Tanggal Pengamatan : 14 Maret 2011
Parameter Tinggi Tanaman
No. Perlakuan Ulangan TOTAL RATAAN
I II
1 Kontrol 50,9 50,8 101,7 50,85
2 Kontrol 50,70 50,9 101,60 50,8
3 Lengkap 60,45 60 120,45 60,22
4 -N 60,3 60,3 120,6 60,3
5 -P 50,4 60,2 110,6 55,3
6 -K 70,7 60,4 134,1 65,55
7 -Ca 60,4 60,9 121,3 60,65
8 -Mg 60,80 70,25 131,05 65,52
9 -NP 70,25 60,55 130,8 65,4
10 -NK 60,50 60,5 121,4 60,7
11 -PK 50,25 50,15 110,4 55,22
12 -KCa 50,77 60,4 111,17 55,58
13 -CaMg 60,48 50,26 110,74 55,37

Parameter Diameter Batang
No. Perlakuan Ulangan TOTAL RATAAN
I II
1 Kontrol 1,15 1,3 2,45 1,225
2 Kontrol 1,05 1,3 2,35 1,175
3 Lengkap 1,4 1,3 2,7 1,35
4 -N 1,15 1,05 2,2 1,1
5 -P 1,0 1,2 2,2 1,1
6 -K 1,7 1,2 2,9 1,45
7 -Ca 1,3 1,4 2,7 1,35
8 -Mg 1,22 1,55 2,77 1,385
9 -NP 1,11 1,22 2,33 1,165
10 -NK 1,54 1,16 2,7 1,35
11 -PK 1,2 1,06 2,26 1,13
12 -KCa 1,05 1,24 2,29 1,145
13 -CaMg 1,25 1,35 2,6 1,3

Pengamatan 3
Tanggal Pengamatan : 21 Maret 2011
Parameter Tinggi Tanaman
No. Perlakuan Ulangan TOTAL RATAAN
I II
1 Kontrol 78,7 78,1 156,9 78,45
2 Kontrol 77,9 80 157,9 78,95
3 Lengkap 86,8 85,4 172,2 86,1
4 -N 84,6 84,4 169 84,5
5 -P 78,2 81,5 159,7 79,85
6 -K 91,4 85,7 177,1 88,55
7 -Ca 86,7 88,3 175 87,5
8 -Mg 86,2 93,2 179,4 89,7
9 -NP 91,5 85,2 176,7 88,35
10 -NK 83,8 82,1 165,9 82,95
11 -PK 76,3 75,1 151,4 75,7
12 -Kca 74,7 79,9 154,6 77,3
13 -CaMg 82,3 73,2 155,5 77,75

Parameter Diameter Batang
No. Perlakuan Ulangan TOTAL RATAAN
I II
1 Kontrol 1,6 1,7 3,3 1,65
2 Kontrol 1,8 1,5 3,3 1,65
3 Lengkap 1,47 1,73 2,7 1,6
4 -N 1,36 1,43 3,2 1,395
5 -P 1,3 1,51 2,79 1,405
6 -K 2,01 1,7 2,81 1,855
7 -Ca 1,5 1,59 3,71 1,945
8 -Mg 1,76 1,88 3,09 1,82
9 -NP 1,45 1,67 3,64 1,56
10 -NK 1,93 1,66 3,12 1,795
11 -PK 1,63 1,43 3,59 1,53
12 -KCa 1,51 1,73 3,06 1,62
13 -CaMg 1,7 1,9 3,6 1,8

Pengamatan 4
Tanggal Pengamatan : 28 Maret 2011
Parameter Tinggi Tanaman
No. Perlakuan Ulangan TOTAL RATAAN
I II
1 Kontrol 93 86,7 179,7 89,85
2 Kontrol 95,5 99 184,5 97,25
3 Lengkap 130,3 136 266,3 133,15
4 -N 107,5 114 221,5 110,75
5 -P 123,3 124 247,3 123,65
6 -K 132,4 118,3 250,7 125,35
7 -Ca 126 134 260 130
8 -Mg 130,5 136,6 267,1 133,5
9 -NP 103,3 112 215,3 107,65
10 -NK 115,5 104 219,5 109,75
11 -PK 126,6 122,3 248,9 124,45
12 -Kca 117,8 134 251,8 125,9
13 -CaMg 126,1 122,1 248,2 124,1

Parameter Diameter Batang
No. Perlakuan Ulangan TOTAL RATAAN
I II
1 Kontrol 2,1 1,5 3,6 1,8
2 Kontrol 2 1,7 3,7 1,85
3 Lengkap 2,5 2,8 5,3 2,65
4 -N 1,8 2 3,8 1,9
5 -P 2,4 2,5 4,9 2,45
6 -K 2,4 2,2 4,6 2,3
7 -Ca 2,1 2,9 5,0 2,5
8 -Mg 2,4 1, 3,7 1,85
9 -NP 1,7 1,9 3,6 1,8
10 -NK 2,2 1,8 4,0 2,0
11 -PK 2,5 2,1 4,6 2,3
12 -KCa 2,2 2,6 4,8 2,4
13 -CaMg 2,3 2 4,3 2,15

Pengamatan 5
Tanggal Pengamatan : 04 April 2011
Parameter Tinggi Tanaman
No. Perlakuan Ulangan TOTAL RATAAN
I II
1 Kontrol 100 96 196 98
2 Kontrol 105 102 207 103,5
3 Lengkap 154,3 165,2 319,5 159,75
4 -N 117 127,2 244,2 122,1
5 -P 148 145,3 293,3 146,65
6 -K 150 144,1 294,1 147,05
7 -Ca 147 166,5 313,5 156,75
8 -Mg 146,4 158 304,4 152,2
9 -NP 113 121 234 117
10 -NK 126 117,3 243,3 121,65
11 -PK 145 152 297 148,5
12 -Kca 138 157 295 147,5
13 -CaMg 145 146 291 145,5

Parameter Diameter Batang
No. Perlakuan Ulangan TOTAL RATAAN
I II
1 Kontrol 2,3 1,8 4,1 2,05
2 Kontrol 2,2 1,9 4,1 2,05
3 Lengkap 2,7 2,9 5,6 2,8
4 -N 2,1 2,1 4,2 1,9
5 -P 2,6 2,7 5,3 2,65
6 -K 2,5 2,5 5,0 2,5
7 -Ca 2,5 3,1 5,6 2,8
8 -Mg 2,4 2,9 5,3 1,65
9 -NP 1,8 1,9 3,7 1,85
10 -NK 2,4 1,8 4,2 2,1
11 -PK 2,7 2,1 4,8 2,4
12 -KCa 2,4 2,6 5,0 2,5
13 -CaMg 2,4 2 4,4 2,2

Pengamatan 6
Tanggal Pengamatan : 11 April 2011
Parameter Tinggi Tanaman
No. Perlakuan Ulangan TOTAL RATAAN
I II
1 Kontrol 155,5 101,3 216,8 108,4
2 Kontrol 111,2 120,3 231,5 115,75
3 Lengkap 160,1 176,2 336,3 168,15
4 -N 124,3 137,6 361,9 185,95
5 -P 159,2 159,8 319 159,5
6 -K 157,8 157,3 315,1 157,55
7 -Ca 157,5 166,9 323,9 161,95
8 -Mg 155,6 159,5 315,1 157,55
9 -NP 119,3 128,4 247,7 123,85
10 -NK 132,2 125,4 257,6 128,8
11 -PK 156,4 170 326,4 163,2
12 -Kca 143 169,1 312,4 159,5
13 -CaMg 150,3 158 308,3 154,5

Parameter Diameter Batang
No. Perlakuan Ulangan TOTAL RATAAN
I II
1 Kontrol 2,5 2,0 4,5 2,25
2 Kontrol 2,3 2,1 4,4 2,2
3 Lengkap 2,8 3,0 5,8 2,9
4 -N 2,2 2,2 4,2 2,1
5 -P 2,7 2,8 5,5 2,75
6 -K 2,6 2,6 5,2 2,6
7 -Ca 2,6 3,3 5,9 2,95
8 -Mg 2,5 3,1 5,6 2,8
9 -NP 1,9 2,0 3,9 1,95
10 -NK 2,5 1,9 4,4 2,2
11 -PK 2,9 2,8 5,7 2,85
12 -KCa 2,6 2,8 5,4 2,7
13 -CaMg 2,6 2,2 4,8 2,4

Pengamatan 7
Tanggal Pengamatan : 18 April 2011
Parameter Tinggi Tanaman
No. Perlakuan Ulangan TOTAL RATAAN
I II
1 Kontrol 156,5 102,3 258,8 129,4
2 Kontrol 115,2 121,4 236,6 118,3
3 Lengkap 162,1 177,6 339,7 169,85
4 -N 125,4 138,8 264,2 132,1
5 -P 160,3 161,2 321,5 160,75
6 -K 158,9 158,3 317,2 158,6
7 -Ca 158,5 168,1 326,6 163,3
8 -Mg 156,7 162,3 319 159,5
9 -NP 120,4 129,5 249,9 124,95
10 -NK 133,2 126,9 260,1 130,05
11 -PK 157,5 171,3 328,8 164,4
12 -Kca 144,1 170,2 314,3 157,15
13 -CaMg 151,5 159,1 310,6 155,45

Parameter Diameter Batang
No. Perlakuan Ulangan TOTAL RATAAN
I II
1 Kontrol 2,6 2,4 5 2,5
2 Kontrol 2,3 2,2 4,5 2,25
3 Lengkap 2,8 3,2 6,0 3,0
4 -N 2,5 2,4 4,9 2,45
5 -P 2,7 3,0 5,7 2,85
6 -K 2,6 2,8 5,4 2,7
7 -Ca 2,6 3,5 6,1 3,05
8 -Mg 2,5 3,5 6 3,0
9 -NP 2,2 2,6 4,8 2,4
10 -NK 2,5 2,0 4,5 2,25
11 -PK 3,0 2,9 5,9 2,95
12 -KCa 2,8 2,9 5,7 2,85
13 -CaMg 2,8 2,4 2,6 2,3

LAMPIRAN 2
Tanah Andisol Tiga Panah
BTKU (Berat Tanah Kering Udara) = 10 gram
BTKO (Berat Tanah Kering Oven) = 8,6 gram

Persentase Kadar Air (%KA)
% KA = BTKU – BTKO x 100%
BTKO
= 10 g – 8,6 g x 100 %
8,6
= 16,28 %

BTKU (Berat Tanah Kering Udara)
BTKU = (1 + % KA) 5 kg
= (1 + 0,1628) 5 kg
= 5,814 kg.








LAMPIRAN 3
Kebutuhan Pupuk
Dosis N = 250 ppm (Urea (CO(NH2)2) 45 % N)
= 100 x 250 x 5 = 2,8 g/pot.
45
Dosis P = 100 ppm P (Urea (SP-36, 36 % P2O5)
= 100 x 100 x 5 = 1,388 g x 142
36 62
= 3,8 g/pot
Dosis K = 150 ppm K (KCl, 60 % K2O)
= 100 x 150 x 5 = 1,25 g x 94
60 78
= 1,50 g/pot
Dosis Ca = 100 ppm Ca (CaCO3, 56 % CaO)
= 100 x 100 x 5 = 0,892 g x 56
56 40
= 1,25 g/pot
Dosis Mg = 50 ppm Mg (Kieserit, 16 % MgO)
= 100 x 50 x 5 = 0,156 g x 40
16 24
= 0,24 g/pot



LAMPIRAN 4

Tabel Pencampuran Pupuk
UREA SP-36 KCl ZA DOLOMIT
UREA √ X X X X
SP-36 X √ X X √
KCl X X √ X √
ZA X X X √ X
DOLOMIT X √ √ X √
RP